Kamis, 04 Oktober 2012
asal usul kota jember
Pada jaman dulu. Saat pulau Jawa masih lebih banyak hutan belantara dibanding populasi yang ada. Manusia seringkali melakukan perpindahan untuk mencari tempat yang lebih baik. Ini bercerita tentang dua kelompok migrasi.
Kelompok pertama berasal dari suku Jawa. Jawa timur pedalaman. Seperti Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Bojonegoro, Ponorogo dan sekitarnya. Kelompok migrasi kedua adalah Dari suku Madura. Kedua kelompok tersebut mencari tempat yang lebih baik dari sebelumnya. Keduanya bertemu pada satu titik.
Kelompok pertama dari suku Jawa berkata,”Nang kene ae, lemahe sik jembar”. Artinya, disini saja tanahnya masih luas. Kelompok kedua dari suku Madura juga berujar, “Iyeh, neng dinnak beih, tananah gik jembher”. Artinya, Iya disini saja, tanahnya masih luas. Begitulah awal terjadinya akulturasi. Percampuran kebudayaan.
Seiring dengan berjalannya waktu, kata kata jembar dan jembher berevolusi menjadi seperti yang kita tahu sekarang, JEMBER.
Itulah Jember bila dilihat dari legenda yang ada. Saya tampilkan asal asul di atas dengan harapan, akan lahir imajimasi tentang Jember tempo dulu. Bahwa kota ini lahir bukan diebabkan oleh reruntuhan kerajaan, namun memang sengaja dibangun. Pernah saya singgung di tulisan perdana saya di sini, berjudul Jember. Akan saya ceritakan kembali dari sudut yang tidak sama.
Jember dalam lacakan sejarah
Sejarah hanya berhasil melacak daerah ini sampai dengan 1859. Sebelum itu, hanya berupa praduga. Bisa jadi ini karena Jember bukanlah daerah reruntuhan kerajaan. Adapun benda benda kuno yang ditemukan di daerah ini disinyalir merupakan peninggalan kerajaan Majapahit atau Blambangan (Atau kerajaan lain yang sempat melintas di sini.
Saya akan menggambarkan tentang bagaimana Jember sebelum 1859.
Jember hanya merupakan sebuah hutan yang luas dengan pohon pohon yang besar. Tanahnya berawa hingga menyuburkan segala jenis penyakit seperti wabah kolera dan disentri. Bila ingin tinggal di daerah ini, anda harus bisa mengatasi ganasnya alam. Itu gambaran singkatnya (ini benar benar saya gambarkan secara singkat).
Jember pada 1859
Dimulai dari sebuah perkebunan di Jember. Namanya LMOD. Atau lebih lengkapnya, N.V. Landbauw Maatshcappij Oud Djember. Berdiri di Jember tahun 1859. Pertengahan abad 19 Masehi.
Siapa pendirinya? Pendirinya adalah pengusaha asal Belanda. Ada 3 leader. George Birnie, Matthiasen dan Van Gennep. Adanya LMOD ini melahirkan beberapa hal. Pertama, mengundang perusahaan swasta lain untuk menanamkan modalnya ke daerah Jember. Berikutnya, kebutuhan akan tenaga kerja.
Berhubung pribumi Jember sedikit, maka dihadirkan tenaga kerja dari luar wilayah. Ohya, tentang masalah pribumi Jember yang sedikit, itu hanya asumsi dari saya saja. Soalnya sampai saat ini saya masih belum menemukan data tentang itu.
Dihadirkanlah tenaga kerja dari Madura. Dengan alasan mempunyai karakter pekerja keras dan ulet. Namun demikian, pihak colonial kesulitan untuk masalah pengaturan. Maka dari itu lahir kebijakan berikutnya. Mendatangkan tenaga kerja dari wilayah pedalaman Jawa timur. Ini untuk memudahkan control dan pengaturan. Menurut pihak koloni, masyarakat Jawa tidak banyak melahirkan pertentangan. Mempunyai kecenderungan watak penurut.
Alasan kedua kenapa suku Jawa dan Madura tertarik ke Jember. Karena lancarnya Jalur transportasi.
Pada akhirnya, daerah ini semakin berkembang. Untuk mengangkut hasil bumi dan sebagainya, pihak kolonial butuh alat transportasi sebagai solusinya. Lalu dibukalah jalur kereta api dan selesai pada awal abad 20.
Dibukanya jalur kereta api tahun 1912 dari Surabaya-Probolinggo-Jember dibarengi dengan membuat jalan darat (rintisan) yang menghubungkan daerah terpencil menuju Jember. Itu membuat terjadinya gelombang migrasi yang besar. Terutama dari daerah daerah di bagian barat.
Jember dianggap memiliki prospek yang lebih baik. Ditempat yang baru dibuka ini mereka menaruh harapan untuk diri dan keluarganya. Mereka ingin memperoleh penghasilan yang lebih baik. Perpindahan penduduk Madura, Jawa serta suku suku lain ke Jember juga terjadi di wilayah karesidenan Besuki. Alasannya karena Jember termasuk wilayah Afdeling Bondowoso. Bondowoso sendiri termasuk wilayah dari karesidenan Besuki.
Perpindahan itu menggunakan berbagai macam cara. Seperti perdagangan, sebagai tenaga kerja buruh dan ekspedisi Militer.
Kenapa mereka memilih Jember untuk dijadikan areal perkebunan?
Jember mendapat perhatian dari pengusaha swasta Belanda karena beberapa hal berikut ini :
1. Masalah pengairan
Tersedianya air yang sangat cukup
2. Tanahnya Subur
Kesuburan tanah ini cocok untuk perkebunan
3. Masalah infrastruktur transportasi dan komunikasi
Infrastruktur transportasi dan komunikasi di Jember relatif bisa berkembang dibanding dengan wilayah yang lain. Ini sudah menjadi gambaran dan pertimbangan pihak kolonial.
4. Sudah ada masyarakat lokal di Jember (sebelum 1859).
Masyarakat lokal Jember ini sudah bisa menanam tembakau. Meskipun dengan jumlah yang sedikit dan untuk keperluan lokal saja.
Masih banyak lagi sejarah kota kecil ini yang terlacak, meskipun jauh lebih banyak lagi yang belum terlacak. Pemerintah Kabupaten Jember juga tidak tinggal diam. Di situsnya saya temukan kata kata seperti berikut ini.
Berbagai upaya baik seminar maupun penelitian yang telah dilakukan oleh lembaga penelitian, Perguruan Tinggi maupun oleh sejarawan belum bisa mengungkap kejelasan yang pasti tentang kapan Kabupaten ini lahir. Pemkab Jember masih memberi Kesempatan luas untuk menampung sumbangan pemikiran untuk dijadikan bahan kajian dalam menentukan fakta sejarah guna mengetahui kapan hari jadi Kabupaten Jember sebenarnya.
Begitulah, Jember kesulitan menentukan hari lahir yang sebenarnya. Dari kesulitan menentukan hari lahir, merembet pada kesulitan kesulitan yang lain. Contoh paling nyata, Jember selalu bingung menentukan arah budayanya. Istilah kasarnya, orang Jember selalu minder manakala harus membicarakan makanan khas, oleh oleh khas Jember dan kesenian milik Jember.
Alhasil, Jember sengaja membuat tarian bernama tari lahbako. Jember juga memproduksi jajanan suwar suwir dan dikatakan sebagai ‘asli Jember’ padahal jelas jelas suwar suwir terbuat dari sari tape. Sedang tape sendiri sudah terlalu identik dengan Kota Bondowoso.
Jember adalah sebuah daerah pandalungan. Tempat bertemunya berbagai budaya. Dua kebudayaan besar yang mendominasi adalah Jawa dan Madura. Adalah tidak mungkin mencari keaslian budaya. Apalagi bila dari sudut pandang saya pribadi yang tidak percaya dengan adanya budaya asli. Semua pasti mengalami akulturasi.
Solusi subyektif
Berbicara mengenai solusi,jadi teringat akan musik tradisional patrol. Musik ini tumbuh dan berkembang di kota kecil Jember. Sangat disayangkan, semakin hari musik rancak yang selalu dirindukan kehadirannya ini semakin terengah engah dan ditinggalkan. Ada anggapan bahwa patrol merupakan seni asli Madura (di sana dikenal dengan nama musik thong thong). Beberapa kota lain juga memiliki seni musik tradisional yang semacam ini.
Bila masyarakat Jember jeli, mereka akan menemukan sesuatu yang khas di musik patrol. Perbedaan yang sangat nampak adalah dari alat musiknya. Musik thong thong Madura menggunakan saronen sebagai alat tiupnya. Sementara musik patrol menggunakan seruling. Lagu yang dinyanyikan juga lebih berwarna. Kadang lagu Madura kadang lirik lirik Jawa. Inilah bukti adanya perkawinan budaya jawa madura.
Dilihat dari namanya, patrol. Dulunya musik ini digunakan oleh masyarakat Jember untuk memanggil burung dara peliharaannya. Selain itu juga sebagai media komunikasi. Ini untuk mengatasi jarak antar rumah yang berjauhan, juga sebagai penanda manakala sewaktu waktu terjadi sesuatu. Misalnya bencana alam, pencurian, kematian dan sebagainya. Mengenai model ketukannya, tergantung kesepakatan.
Seiring perkembangan areal perkebunan, musik patrol juga digunakan untuk berpatroli keliling kebun, demi memastikan semuanya baik baik saja.
Begitulah, tak ada yang asli di Jember. Kita harus mengesampingkan kata kata asli. Karena memang lebih bijak bila kata asli diganti dengan kata khas.
Tentang sejarah
Penarikan sejarah yang dimulai pada 1859 lahir di wilayah akademisi Universitas Jember. Tapi itu bukan final. Terbukti, di sana terdapat celah. Disebutkan bahwa pihak kolonial tertarik membangun perkebunan tembakau karena sudah ada masyarakat lokal Jember yang bisa meracik tembakau. Nah, tugas kita hanyalah mencari data di tahun sebelum 1859. Dan ini bukan sebuah kemustahilan.
contohkan tentang kerajaan Sriwijaya. Ada peninggalan prasasti dan diyakini, keberadaan Sriwijaya sudah ada pada abad ke tujuh. Karena peperangan di abad 12, kerajaan ini jatuh dan terlupakan. Eksistensinya baru diketahui lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis.
yakin Jember bisa melacak kembali sejarahnya bila dilakukan benar benar, bukan hanya sambilan. Dan tidak hanya terjebak pada pembangunan identitas yang bersifat populer.
Memberikan porsi yang cukup pada sejarah itu indah. Setidaknya, dengan menghargai sejarah, Jember akan terlihat lebih anggun dalam menghadapi era global.
Bagaimana memulainya?
Kenapa tidak dimulai dengan pembangunan Jalan Deandles? dari sana saja, itu sudah mematahkan teori bahwa Jember hanya terdeteksi sejak 1859. Atau kalau ingin yang lebih prestisius lagi, mari kita tengok tahun 1359. Saat itu Raja Hayam Wuruk sedang melakukan perjalanan darat menuju Panarukan (Panarukan memiliki pelabuhan internasional di jamannya, dan letaknya sangat strategis). Nah, mungkin kita bisa menggalinya dari sini.
Baiklah, itu saja sedikit urun rembug dari saya, seorang rakyat biasa yang gelisah dengan sejarah kota kecilnya sendiri.
Dirgahayu Jember
Diposting oleh Unknown di 12.09 0 komentar
Kamis, 27 September 2012
Dalang PKI sebenarnya
Fakta Terbaru Tentang G30 S/PKI Didalangi Soeharto – Sahabat Sekalian, bertahun-tahun sudah diperdebatkan siapa yang menjadi gerakan kudeta pemerintahan yang sah dan tampilnya kedepan pemerintahan baru yang militeristik dan cenderung otoriter pemerintahan Orde Baru. Fakta terbaru tentang G30 S/PKI Didalangi Soeharto.
Diposting oleh Unknown di 11.05 0 komentar
zaman batu
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus yang terdiri. Masa paling awal dari peradaban manusia ini ditandainya dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purba yang dalam perhitungan ilmiah berusia sekitar 1 juta tahun yang lalu seperti Phitecantropus Erectus, dari bentuk ukuran tulang pahanya (femur) dapat dikategorikan sebagai homo erectus atau manusia yang berjalan tegak. Dan alat berburunya seperti kapak genggam, menunjukkan corak produksi manusia masa itu masih dalam masa perburuan. Dalam masa ini manusia masih berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lainnya dalam usahanya mendapatkan binatang buruan.
Neolitikum
Neolitikum, disebut juga neolitik, merupakan fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar.
Masa batu muda ini juga disebut sebagai masa bercocok tanam awal berkisar pada 1500 tahun yang lalu di Indonesia. Sebagian besar manusia pada jaman itu beras Paleo-Mongoloid. Mereka mulai menetap dan membangun pertanian untuk hidup dengan menggunakan peralatan-peralatan sederhana seperti beliung yang ditemukan tersebar di kepulauan Nusantara bagian barat. Alat ini juga ditemukan di Yunan, Cina Selatan, Laos ini menunjukkan migrasi manusia dari utara melalui sungai Mekong. Di kepulauan Nusantara bagian timur ditemukan banyak kapak lonjong yang juga ditemukan di Jepang, Taiwan Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, papua dan kepulauan Melanesia lainnya. Studi biologi tingkat lanjut menunjukkan bahwa kemiripan struktur DNA dalam darah manusia-manusia di wilayah ini mermiliki kemiripan, hal ini menunjukkan nenek moyang bangsa Indonesia sebagian berasal dari daratan Asia dan sebagian lagi merupakan percampuran dari Mongoloid dan Negroid dan Negroid terutama yang berada di kepulauan bagian timur. Dalam waktu senggang menunggu panen, mereka mulai memiliki waktu luang untuk memahami alam raya dan kekuatan-kekuatan yang Maha Besar agar mempermudah hidup mereka. Maka mereka mulai membangun tempat-tempat pemujaan berupa batu-batu besar seperti menhir, bangunan batu berundak, dolmen dan patung-patung nenek moyang mereka, maka akhir zaman ini juga disebut sebagai masa megalitikum
Diposting oleh Unknown di 10.51 0 komentar
Rabu, 26 September 2012
siapa pembangun candi brambanan?
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa sansekerta adalah Siwagrha (sansekerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sansekerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa'). Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa di garbhagriha (ruang utama) dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung, sebagai arca pedharmaan anumerta beliau.Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari "Para Brahman", yang mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para brahmana.
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.
Diposting oleh Unknown di 12.09 0 komentar